Minggu, 30 November 2014

MENCARI DATA DENGAN CARA WAWANCARA

Assalamu'alaikum
Selamat siang, berikut saya coba sajikan satu artikel khusus untuk Mahasiswa untuk bekal mencari data-data atau berita.
Mohon ikuti beberapa strategi berikut.


Contoh Mencari berita tentang gajah mengamuk:

Gajah Mengamuk di India

-Hari/Tanggal mencari                      : Selasa, 8 September2014
-Pembawa Acara                               : Novi Nasti
-Siaran berita dari media                   : Televisi (SCTV)
-Sumber berita                                  : Liputan 6 petang (SCTV)
-Pukul                                               : 18.00 WITA
-Pencari berita                                   : Lala Mariti
-Berita                                               :
Gajah mengamuk di India, hingga 1 orang penjaga hutan cedera. Gajah kerap memasuki desa-desa india untuk mencari makan, namun gajah mengamuk saat bertemu manusia. Masukny gajah ke lingkungan manusia akibat persediaan makan berkurang di tempat peliharaannya.

NO.
Unsur pokok berita
Bentuk pertanyaan
Jawaban
1.
Apa
Apa yang terjadi pada berita teks di atas?
Gajah mengamuk di India hingga 1 orang penjaga hutan cedera
2.
Siapa
Siapa yang mengamuk di India?
Seekor Gajah di India
3.
Kapan
Kapan Peristiwa itu terjadi?
Tidak tau pasti
4.
Dimana
Dimana peristiwa itu terjadi?
Di India
5.
Mengapa
Mengapa peristiwa itu bisa terjadi?
Gajah mengamuk saat bertemu manusia
6.
Bagaimana
Bagaimana gajah bisa mengamuk?
Karena persediaan makan di tempatnya berkurang

Demikian, mudah-mudahan bisa bermanfa'at buat kita semua.

Jumat, 28 November 2014

PERENCANAAN PENDIDIKAN

Dalam Materi Manajemen Pendidikan kita sudah membahas beberapa tahapan untuk merealisasikan Pengelolaan dalam Pendidikan tersebut diantaranya “PLANING” atau biasa kita sebut Perencanaan,berikut beberapa pengertian dari Perencanaan Pendidikan.

a. Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
b. Beeby, C.E.
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
c. Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
d. Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
e.    Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
f.     Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnya. Adapun komponen-komponen yang ikut serta dalam proses ini adalah :  
  1. Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan. 
  2. Masalah strategi adalah termasuk penanganan kebijakan (policy) secara operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari perencanaan pendidikan. Maka ketepatan pelaksanaan dari perencanaan pendidikan.
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan perencanaan pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai sumber lahirnya keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai system kenegaraan yang merupakan bentuk dan system manajemennya, bagaimana dan siapa atau kepada siapa dibebankan tugas-tugas yang terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot u ntuk jaminan dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan pendidikan itu sendiri, yaitu dokumen rencana pendidikan.
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep keputusan yang akan dilaksanakan di masa depan. Dengan demikian, perencanaan pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan nasional.
Urgensi Perencanaan Pendidikan
Dalam menetapkan perencanaan pendidikan secara garis besar memiliki keuntungan dari Pentingnya Perencanaan Pendidikan. Dengan melakukan perencanaan pendidikan para pelaku pengembangan pendidikan dapat memberikan bimbingan arah bagaimana perencanaan pendidikan dapat dijalankan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan agar tidak melenceng, dimana tujuan perencanaan pendidikan merupakan orientasi tujuan yang akan dicapai. Pentingnya perencanaan pendidikan juga berfungsi sebagai antisipasi terlebih dahulu terhadap hambatan atau resiko yang akan di alami pada saat perencanaan pendidikan di implementasikan secara nyata, dengan mengetahui itu maka para pelaku pengembangan pendidikan sudah mempersiapkan solusi yang terbaik terhadap resiko yang akan dialami atau pun dapat meminimalisir resiko yang akan diterima nanti sehingga tujuan dari perencanaan dapat dicapai dengan maksimal. Kesemuaan pentingnya perencanaan pendidikan dapat dijelaskan pada tujuan perencanaan pendidikan dan manfaat perencanaan pendidikan.
Tujuan Perencanaan Pendidikan
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapan. Dilihat dari pengambilan keputusan tujuan perencanaan adalah :
1. Penyajian rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat tingkat nasional yang berwenang.
2. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai bidang/satuan kerja yang bertanggung jawab untuk melakukan kebijaksanaan.
Tujuan perencanaan pendidikan menurut (Dahana, OP and Bhatnagar, OP. 1980; Banghart, F.W and Trull, A. 1990) Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan suatu perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Untuk mengetahui standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun. Dengan standar yang telah ditetapkan dapat dinilai sejauh mana perencaan pendidikan telah dilasanakan dan apa saja yang perlu lebih diperbaiki.
2.   Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan. Perencanaan pendidikan memberikan secara jelas waktu yang tepat dalam melaksanakan perencanaan pendidikan dapat di terapkan dengan pertimbangan bayak hal pendukungnya agara dapat tercapai dengan baik. Kemudian juga dijelaskan bagaimana tahapan atau langkah yang sistematis  yang dilakukan dalam kegiatan perencanaan pendidikan seperti dengan cara memperatikan kemajuan Teknologi Informasi, jumlah penduduk yang terus meningkat dan kebutuhan dunia kerja saat ini.
3.     Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik. Perencanaan pendidikan juga berfungsi dalam menetapkan siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan dengan menempatkan seseorang dengan keahlian dan komposisi yang dimiliki sehingga tidak terjadi salah penempatan posisi yang tidak sesuai dengan keahlian seseorang, dengan tujuan agar semua pihak dapat menjalankan tugas atau fungsinya masing-masing dengan baik sehingga tujuan perencanaan pendidikan dapat tercapai ke arah yang baik.
4.  Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan. Dengan perencanaan pendidikan yang menempatkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan keahlian, hal ini akan memberikan keuntungan dikarenakan dapat memaksimalkan biaya dengan membayar seorang pegawai dari hasil rekrut yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang akan menyebabkan kualitas dari pekerjaan akan baik.
5.  Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan. Dengan perekrutan peagawai yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dapat menghindari kegiatan atau pekerjaan yang tidak produktif dan tidak efisien dalam memanfaatkan sumberdaya, biaya yang di keluarkan pun sesuaikan dengan anggaran, tenaga dan waktu yang diperlukan dilakukan dengan efektif dan efisien.
6.   Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus (spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan. Dalam perencanaan pendidikan dapat mendiskripsikan proses dari seluruh rangkaian yang dilakukan dalam melaksanakan perencanaan pendidikan baik secara umum dan khusus. Hal ini akan memberikan keuntungan dalam mempersiapkan semua yang dibutuhkan dan apa saja yang mempengaruhi, manfaat dalam penerapan perencanaan pendidikan.
7.   Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem. Pentingnya perencanaan pendidikan dapat menghubungkan dari semua sub pekerjaan yang berbeda tugas dan fungsinya, melalui perencanaan pendidikan semua sub pekerjaan tersebut dapat sailing dihubungkan dan saling terkait dan membutuhkan dalam pencapaian tujuan sehingga semua menjadi satu kesatuan suatu sistem.
8.    Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan. Dengan melakukan perencanaan pendidikan,pelaku pendidikan dapat menganalisis peluang, hambatan, tantangan dan kesuliatan melalui analisis SWOT. Dalam analisis SWOT terdapat faktor dominan dan faktor penghambat, faktor dominan seperti kekuatan dan peluang yang dapat digunakan secara maksimal untuk mendukung dalam mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan faktor penghambat yaitu kelemahan dan tantangan, faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pelaksanaan pencapaian tujuan, apabila tidak direspon dengan baik faktor penghambat ini akan menghasilkan resiko yang fatal dalam tercapainya tujuan perencanaan pendidikan.
9.      Untuk mengarahkan proses  pencapaian tujuan pendidikan  

Fungsi dan Manfaat perencanaan pendidikan
Fungsi perencanaan adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian, sebagai alat bagi pengembangan quality assurance, menghindari pemborosan sumber daya, menghindari pemborosan sumber daya, dan sebagai upaya untuk memenuhiaccountability kelembagaan. Jadi yang terpenting di dalam menyusun suatu rencana, adalah berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang sistematis, dan hasil serta tujuan tertentu
Manfaat perencanaan pendidikan. Menurut , (Depdiknas. 1997; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001) ada beberapa manfaat dari suatu perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi kehidupan kelembagaan, antara lain:
1.     Dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas atau pekerjaan pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan. Dalam membuat sutau perencanaan, hal ini sudah menjadi standar yang berarti semua aktivitas kegiatan harus berdasarkan pada perencanaan yang telah di buat.
2.  Dapat dijadikan sebagai media pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya pencapaian tujuan pendidikan. Manfaat perencanaan pendidikan juga untuk mempersiapkan berbagai alternatif dari rencana serangkaian kegiatan apabila terdapat kesalahan yang tidak dikehendaki sehingga dapat diatasi dengan cepat dan tepat dengan menggunakan alternatif yang telah disiapkan.
3.    Dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan pendidikan.
4.       Dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya organisasi atau lembaga pendidikan. Dari pemanfaatan sumberdaya perencanaan pendidikan juga menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang dibutuhkan dengan seefisien dan seefektif mungkin untuk menghindari penggunaan sumberdaya yang berlebihan.
5.      Dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan sosial-budaya. Dengan dilakukan perencanaan pendidikan semua pihak yang terkait didalamnya seperti warga sekolah diharapakan ikut berpartisipasi dalam mendukung pelaksanaan perenacanaan pendidikan sesuai dengan posisinya masing-masing.
6.  Dapat dijadikan sebagai media atau alat  untuk memudahkan dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Melalui perencanaan pendidikan yang telah menjadi tujuan bersama maka perencanaan pendidikan dapat dijadikan sebagai alat berkoordinasi dalam melaksanakan tugas bagian masing-masing
7.     Dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak efisien atau tidak pasti. Salah satu resiko dari pelaksanaan perencanaan pedidikan terjadinya pekerjaan yang tidak efisien, melalui perencanaan pendidikan dapat di antisipasi pekerjaan yang tidak efisien mealaui perencanaan yang baik.

8.  Dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian tujuan proses layanan pendidikan. Suatu gambaran tentang tujuan yang akan dicapai yang mana didalamnya terdapat bagaimana proses yang dilakukan.

CONTOH TUGAS PERENCANAAN PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
        Perencanaan merupakan langkah awal sebelum melakukan fungsi – fungsi manajemen lainnya. Perencanaan diperlukan guna mencapai tujuan organisasi. Untuk memahami perencanaan pendidikan , maka perlu diketahui  beberapa defenisi perencanaan.
1.    Pengertian Perencanaan
       Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo mendefenisikan perencanaan  ialah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya.  S.P. Siagian mengartikan perencanaan sebagai keseluuhan proses pemikiran dan penentuan secara matangmenyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Y. Dior berpendapat bahwa yang disebut perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang, yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu ( Anonim, 2000).
       Perencanaan menurut Handoko ( 2003 ) meliputi (1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, (2) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
       Perencanaan pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif ( pilihan ) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
       Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan ( Husaini Usman, 2006 ).

2.   Tujuan Perencanaan
      Perencanaan bertujuan untuk:
      a    Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaan
  1. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
  2. Mengetahui siapa saja yang terlibat ( struktur organisasinya ), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
  3. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
  4. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
  5. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
  6. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
  7. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
  8. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

3.   Manfaat Perencanaan
Perencanaan bermanfaat sebagai:
  1. Standar pelaksanaan dan pengawasan.
  2. Pemilihan berbagai alternatif  terbaik.
  3. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan .
  4. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
  5. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
  6. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
  7. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perencanaan Pendidikan
Beberapa defenisi perencanaan pendidikan :
Menurut Guruge (1972), perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan  kegiatan  di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan  adalah tugas dari perencanaan pendidikan.
       Albert Waterston mengemukakan ( dalam Don Adams, 1975) bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
       Menurut Coombs ( 1982 ), perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.
       Dari beberapa defenisi para ahli di atas, dapat dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan  antara lain:    Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam  perencanaan         pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Pendekatan perencanaan pendidikan antara lain : model pendekatanSocial Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Comprehensive.

B.   Beberapa Pendekatan Perencanaan Pendidikan
       Perencanaan pendidikan sangat erat kaitannya dengan struktur penduduknya. Beberapa alternatif pendekatan dalam perencanaan  yaitu pendekatan kebutuhan sosial (social demand aproach), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan (Manpower approach), pendekatan efisiensi biaya ( rate of education, rate of return, cost benefit ratio).

1.  Pendekatan Kebutuhan Sosial ( Social Demand Approach )
      Pendidikan ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan  terutama bagi negara-negara berkembang yang kemerdekaannya baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan membebaskan rakyat  dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan  dan dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan merupakan aspirasi politik rakyat, karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan keras bagi penyelenggara pendidikan. Dengan melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini lebih menekankan pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan aspek kualitatif.  Contoh dari penerapan pendekatan ini adalah “ Wajib Belajar Sekolah Dasar “.
      Perencanaan pendidikan dengan pendekatan kebutuhan sosial harus memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa:
  1. Pertumbuhan penduduk.
  2. Partisipasi dalam pendidikan ( yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang bersekolah).
  3. Arus murid dari kelas satu ke kelas yang lebih tinggi dan dari satu tingkat  ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi ( misalnya dari SD ke SLTP ke SMA dan keperguruan tinggi).
  4. Pilihan atau keinginan masyarakat dari individu tentang jenis-jenis pendidikan.

       Ada tiga kelemahan pendekatan kebutuhan sosial yaitu:
  1. Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya yang dibutuhkan karena beranggapan bahwa penggunaan sumber daya pendidikan yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia.
  2. Pendekatan ini mengabaikan kebutuhan perencanaan ketenagakerjaan (manpower planning ) yang diperlukan di masyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.
  3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuatitas lulusan lebih diutamakan ketimbang kualitasnya.  

2.   Pendekatan Kebutuhan  Ketenagakerjaan
      Menurut A.W. Guruge (1972), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja ( manpower atau  person power).
       Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap kebutuhan tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baikhingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan mempertemukan kepentingan dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Pendidikan kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun tingkat universitas merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti disebutkan di atas , kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan  yang merupakan  output sistem pendidikan siap pakai di lapangan. Implikasi dari pendekatan ini adalah pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja.  Contoh penerapan pendekatan ini adalah diterapkannya Pendidikan Sistem Ganda melalui Kebijakan Link and Match.
       Pendekatan ketenagakerjaan mempunyai tiga kelemahan, yaitu :
a. Mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan pendidikan,       karena
    pendekatan ini mengabaikan sekolah menengah umum   karena     hanya    akan
    menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan   sekolah
    menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.
b. Menggunakan klasifikasi dan rasio permintaan dan persediaan .
c. Tujuan utamanya untuk memenuhi dunia kerja, di sisi lain tuntutan dunia   kerja
    selalu berubah-ubah dengan cepatnya.
       Masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga kerja terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, antara lain:
  1. Jenis dan jumlah lapangan kerja.
  2. Persyaratan yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
  3. Perbandingan jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
  4. Kebutuhan yang riil akan tenaga kerja.
      Oleh karena itu perencanaan yang realistis menjadi sangat penting terhadap akan terjadinya masalah-masalah yang akan dihadapi di kemudian hari dalam kaitannya dengan tenaga kerja yang akan diharapkan. Dengan menggunakan pendekatan tadi berusaha mencari keseimbangan antara lapangan kerja yang tersedia atau akan tersedia  di masa depan dengan jumlah murid  yang diizinkan memasuki jalur pendidikan yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja itu. Dengan demikian jumlah murid yang diizinkan mengikuti suatu jenis pendidikan tertentu dilihat sebagai akibat dari penyesuaian kebutuhan dari lapangan kerja tertentu.

3.   Pendekatan Efisiensi Biaya ( Rate   of  Education, Rate   of   Return,    Cost
      Benefit Ratio).      
      Menurut Guruge ( 1972 ) , pendekatan efisiensi ini mengandung pengertian  yaitu penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh.
      Pendekatan ini bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep Investment in Human Capital atau investasi pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan  bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi. Pendidikan ini menitikberatkan pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal mungkin, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan ini hanya diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relatif pasti, baik bagi penyelenggara maupun peserta didik. Sebagai contoh: pembukaan sekolah-sekolah Magister Manajemen, Magister Bisnis Administrasi, dan kursus-kursus.
      Pendekatan Cost benefit didasarkan pada asumsi bahwa:
  1. Sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya.
  2. Perbedaan pendapat  di masyarakat disebabkan oleh perbedaan dalam pendidikan dan bukan perbedaan kemampuan atau latar belakang sosial.
Kelemahan pendekatan ini adalah pengelolaan dana pendidikan terutama di negara berkembang masih sangat lemah.
  





















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.  Perencanaan pendidikan dengan Pendekatan Kebutuhan Sosial lebih menekankan pada pemerataan  kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek kualitatif. Pendekatan kebutuhan sosial ini adalah pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan –tekanan untuk memasukkan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan keinginan-keinginan murid dan orangtuanya secara bebas. Dalam model kebutuhan sosial ini , tugas perencana pendidikan adalah  menganalisa kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa : (a) pertumbuhan penduduk, (b) partisipasi dalam pendidikan, (d) arus murid, dan (e) keinginan masyarakat.

2.    Perencanaan pendidikan dengan Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikandengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
           Tekanan dalam pendekatan ini adalah relevansi program pendidikan dalam berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja, sehingga diharapkan dapat memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja.

3.     Perencanaan pendidikan dengan Pendekatan Efisiensi Biaya bersifat ekonomi
karena memiliki pandangan pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut  harus dapat diperhitungkan  bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi. Pendekatan ini merupakan penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektifitas yang akan diperoleh. Pendekatan ini mempunyai implikasi sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati urutan atau prioritas penting, karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan dengan pendekatan ketenagaan .

3.     Perencanaan pendidikan di Indonesia tidak menggunakan salah satu saja dari pendekatan tadi , tapi menerapkan beberapa pendekatan , kadang-kadang ketiga-tiganya secara bersama-sama. Perencanaan  pendidikan tidak diharuskan supaya terikat kepada salah satu pendekatan , akan tetapi semua pendekatan yang ada dapat dijadikan pedoman dalam menjabarkan tujuan nasional pendidikan. Setiap tingkat dan jenis pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan . Karena itu adalah penting bagi setiap perencana untuk mengetahui ruang lingkup dan keterbatasan-keterbatasan setiap pendekatan.



DAFTAR PUSTAKA

Sa’ud, U.S. dan Makmun, A.S.   2005.  Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif.  Remaja Rosdakarya. Bandung.


Usman, H.   2006.  Manajemen. Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.