BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan langkah awal
sebelum melakukan fungsi – fungsi manajemen lainnya. Perencanaan diperlukan
guna mencapai tujuan organisasi. Untuk memahami perencanaan pendidikan , maka
perlu diketahui beberapa defenisi
perencanaan.
1. Pengertian
Perencanaan
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang
ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam
rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menurut Bintoro
Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo
mendefenisikan perencanaan ialah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan,
bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya. S.P. Siagian mengartikan perencanaan sebagai
keseluuhan proses pemikiran dan penentuan secara matangmenyangkut hal-hal yang
akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Y. Dior berpendapat bahwa yang disebut perencanaan ialah suatu
proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan
datang, yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu ( Anonim, 2000).
Perencanaan menurut Handoko ( 2003 ) meliputi
(1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, (2) penentuan strategi,
kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan pada hakekatnya adalah proses
pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif ( pilihan ) mengenai sasaran dan
cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan
yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa yang disebut perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan ( Husaini Usman, 2006 ).
2. Tujuan
Perencanaan
Perencanaan bertujuan untuk:
a Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan
perencanaan
- Mengetahui
kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
- Mengetahui siapa saja yang
terlibat ( struktur organisasinya ), baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
- Mendapatkan kegiatan yang
sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
- Meminimalkan kegiatan-kegiatan
yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
- Memberikan gambaran yang
menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
- Menyerasikan dan memadukan
beberapa subkegiatan.
- Mendeteksi hambatan kesulitan
yang bakal ditemui.
- Mengarahkan pada pencapaian
tujuan.
3. Manfaat Perencanaan
Perencanaan bermanfaat
sebagai:
- Standar pelaksanaan dan
pengawasan.
- Pemilihan berbagai
alternatif terbaik.
- Penyusunan skala prioritas,
baik sasaran maupun kegiatan .
- Menghemat pemanfaatan sumber
daya organisasi.
- Membantu manajer menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan.
- Alat memudahkan dalam
berkoordinasi dengan pihak terkait.
- Alat meminimalkan pekerjaan
yang tidak pasti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pendidikan
Beberapa defenisi perencanaan pendidikan :
Menurut Guruge (1972), perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan
pendidikan adalah tugas dari
perencanaan pendidikan.
Albert Waterston mengemukakan ( dalam Don
Adams, 1975) bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang
dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas
pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
Menurut Coombs ( 1982 ), perencanaan
pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan
masyarakatnya.
Dari beberapa defenisi para ahli di atas,
dapat dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan
pendidikan antara
lain: Penggunaan analisis
yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, hal ini menyangkut metodologi
dalam perencanaan. Pendekatan perencanaan pendidikan antara lain : model
pendekatanSocial Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Comprehensive.
B. Beberapa Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan sangat erat kaitannya dengan struktur
penduduknya. Beberapa alternatif pendekatan dalam perencanaan yaitu pendekatan kebutuhan sosial (social
demand aproach), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan (Manpower approach),
pendekatan efisiensi biaya ( rate of education,
rate of return, cost benefit ratio).
1. Pendekatan
Kebutuhan Sosial ( Social Demand Approach )
Pendidikan ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang
mengandung misi pembebasan terutama bagi negara-negara berkembang yang kemerdekaannya baru
saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan
membebaskan rakyat dari ketakutan, dari
penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan
terhadap pendidikan merupakan aspirasi politik rakyat, karena itu tuntutan
sosial ini merupakan tekanan keras bagi penyelenggara pendidikan. Dengan
melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
ini lebih menekankan pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan aspek
kualitatif. Contoh dari penerapan
pendekatan ini adalah “ Wajib Belajar Sekolah Dasar “.
Perencanaan pendidikan dengan pendekatan kebutuhan sosial harus
memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa:
- Pertumbuhan
penduduk.
- Partisipasi
dalam pendidikan ( yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang
bersekolah).
- Arus
murid dari kelas satu ke kelas yang lebih tinggi dan dari satu
tingkat ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi ( misalnya dari
SD ke SLTP ke SMA dan keperguruan tinggi).
- Pilihan
atau keinginan masyarakat dari individu tentang jenis-jenis pendidikan.
Ada tiga kelemahan pendekatan kebutuhan sosial
yaitu:
- Pendekatan
ini mengabaikan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar
tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya yang dibutuhkan karena
beranggapan bahwa penggunaan sumber daya pendidikan yang terbaik adalah
untuk segenap rakyat Indonesia.
- Pendekatan
ini mengabaikan kebutuhan perencanaan ketenagakerjaan (manpower
planning ) yang diperlukan di masyarakat sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.
- Pendekatan
ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuatitas
lulusan lebih diutamakan ketimbang kualitasnya.
2. Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan
Menurut A.W. Guruge (1972), pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
bertujuan mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan
nasional akan tenaga kerja ( manpower atau person power).
Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan
lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap kebutuhan tenaga kerja pada
berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan
industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk
membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baikhingga tingkat
kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan karena dikaitkan langsung
dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Apabila dikaji dari
semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan mempertemukan
kepentingan dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Pendidikan
kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun tingkat universitas
merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti disebutkan di
atas , kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan yang merupakan output sistem pendidikan siap pakai di lapangan. Implikasi dari
pendekatan ini adalah pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang
mungkin diperlukan di pasaran kerja. Contoh penerapan pendekatan ini adalah
diterapkannya Pendidikan Sistem Ganda melalui Kebijakan Link and Match.
Pendekatan ketenagakerjaan mempunyai tiga
kelemahan, yaitu :
a. Mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan
pendidikan, karena
pendekatan ini mengabaikan sekolah menengah umum karena hanya akan
menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih
mengutamakan sekolah
menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.
b. Menggunakan klasifikasi dan rasio permintaan dan persediaan .
c. Tujuan utamanya untuk memenuhi dunia kerja, di sisi lain
tuntutan dunia kerja
selalu berubah-ubah dengan cepatnya.
Masalah yang timbul dalam perencanaan tenaga
kerja terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, antara
lain:
- Jenis
dan jumlah lapangan kerja.
- Persyaratan
yang jelas mengenai mutu personil yang dituntut oleh pasaran tenaga kerja.
- Perbandingan
jumlah personil berdasarkan jenjang keahlian.
- Kebutuhan
yang riil akan tenaga kerja.
Oleh karena itu perencanaan yang realistis menjadi sangat
penting terhadap akan terjadinya masalah-masalah yang akan dihadapi di kemudian
hari dalam kaitannya dengan tenaga kerja yang akan diharapkan. Dengan
menggunakan pendekatan tadi berusaha mencari keseimbangan antara lapangan kerja
yang tersedia atau akan tersedia di masa depan dengan jumlah murid yang diizinkan memasuki jalur pendidikan yang
sesuai dengan permintaan lapangan kerja itu. Dengan demikian jumlah murid yang
diizinkan mengikuti suatu jenis pendidikan tertentu dilihat sebagai akibat dari
penyesuaian kebutuhan dari lapangan kerja tertentu.
3. Pendekatan Efisiensi Biaya ( Rate of Education, Rate of Return, Cost
Benefit Ratio).
Menurut Guruge ( 1972 ) , pendekatan efisiensi ini
mengandung pengertian yaitu penentuan
besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau
efektivitas yang akan diperoleh.
Pendekatan ini bersifat ekonomi dan berpangkal
dari konsep Investment in Human
Capital atau investasi
pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus mendatangkan keuntungan yang
dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan memerlukan investasi yang besar
dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat
diperhitungkan bilamana pendidikan
itu memang mempunyai nilai ekonomi. Pendidikan ini menitikberatkan pemanfaatan
biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal
mungkin, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan ini hanya
diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relatif pasti, baik bagi
penyelenggara maupun peserta didik. Sebagai contoh: pembukaan sekolah-sekolah
Magister Manajemen, Magister Bisnis Administrasi, dan kursus-kursus.
Pendekatan Cost benefit didasarkan pada asumsi bahwa:
- Sumbangan
seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat
pendidikannya.
- Perbedaan
pendapat di masyarakat disebabkan oleh perbedaan dalam
pendidikan dan bukan perbedaan kemampuan atau latar belakang sosial.
Kelemahan pendekatan ini adalah pengelolaan dana pendidikan
terutama di negara berkembang masih sangat lemah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan
pendidikan dengan Pendekatan Kebutuhan Sosial lebih menekankan pada
pemerataan kesempatan atau
kuantitatif dibandingkan dengan aspek kualitatif. Pendekatan kebutuhan sosial
ini adalah pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan
lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan –tekanan untuk memasukkan
sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada pemenuhan
keinginan-keinginan murid dan orangtuanya secara bebas. Dalam model kebutuhan
sosial ini , tugas perencana pendidikan adalah menganalisa kebutuhan pada masa yang akan
datang dengan menganalisa : (a) pertumbuhan penduduk, (b) partisipasi dalam
pendidikan, (d) arus murid, dan (e) keinginan masyarakat.
2. Perencanaan pendidikan dengan Pendekatan Kebutuhan
Ketenagakerjaan mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem
pendidikandengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor
pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu
diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik
sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
Tekanan dalam pendekatan ini adalah relevansi
program pendidikan dalam berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan
ketenagaan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja,
sehingga diharapkan dapat memberikan keyakinan penyediaan fasilitas dan
pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja.
3. Perencanaan
pendidikan dengan Pendekatan Efisiensi Biaya bersifat ekonomi
karena memiliki pandangan pendidikan memerlukan investasi yang
besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai
ekonomi. Pendekatan ini merupakan penentuan besarnya investasi dalam dunia
pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektifitas yang akan
diperoleh. Pendekatan ini mempunyai implikasi sesuai dengan prinsip ekonomi
yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati urutan
atau prioritas penting, karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan
dengan pendekatan ketenagaan .
3. Perencanaan pendidikan di Indonesia tidak menggunakan salah satu
saja dari pendekatan tadi , tapi menerapkan beberapa pendekatan , kadang-kadang
ketiga-tiganya secara bersama-sama. Perencanaan pendidikan tidak diharuskan supaya terikat
kepada salah satu pendekatan , akan tetapi semua pendekatan yang ada dapat
dijadikan pedoman dalam menjabarkan tujuan nasional pendidikan. Setiap tingkat
dan jenis pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan . Karena itu
adalah penting bagi setiap perencana untuk mengetahui ruang lingkup dan
keterbatasan-keterbatasan setiap pendekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud, U.S. dan Makmun, A.S. 2005. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Usman, H. 2006. Manajemen. Teori,
Praktek, dan Riset Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar