Kamis, 20 Oktober 2016

Seminar


Seminar adalah kegiatan akademik wajib bagi setiap mahasiswa UNMA, berupa penyusunan proposal penelitian skripsi kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi di depan mahasiswa, pembimbing serta penguji. Kegiatan seminar dilakukan baik pada semester gasal maupun genap.
1. Tujuan Seminar
a. Melatih mahasiswa menulis proposal penelitian secara sistematik dan benar.
b. Melatih mahasiswa menyampaikan proposal penelitian secara lisan dalam forum diskusi ilmiah.
c. Menyempurnakan proposal penelitian mahasiswa sesuai dengan masukan yang diperoleh selama diskusi.
d. Memperkaya wawasan ilmiah mahasiswa.
e. Melatih kemampuan berdiskusi dan berargumentasi secara ilmiah.
2. Syarat Akademik dan Administrasi
a. Telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 127 SKS termasuk 4 matakuliah wajib konsentrasi studi dengan IPK ≥ 2.30.
b. Nilai matakuliah wajib konsentrasi studi (sesuai konsentrasi yang dipilih) minimal C.
c. Telah herregistrasi (dengan menunjukkan KTM semester berjalan atau bukti her-registrasi).
d. Melakukan bimbingan rencana studi, krs on line dan menempuh matakuliah Seminar.
3. DPU (Dosen Pembimbing Utama) dan DPP (Dosen Pembimbing Pendamping)
Mahasiswa berhak memilih DPU dan DPP pada saat mengumpulkan kapsul seminar. Namun penentuan DPU dan DPP bagi mahasiswa yang akan mengambil seminar dan skripsi ditentukan melalui rapat Komisi Akademik dengan mempertimbangkan judul seminar/skripsi yang diajukan, kelayakan DPU dan DPP serta kompetensinya. DPU harus sesuai dengan konsentrasi studi mahasiswa sedangkan DPP bisa berasal dari konsentrasi studi yang berbeda.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Konsultasi awal mengenai topik penelitian skripsi dan alternatif calon DPP kepada calon DPU. Topik penelitian skripsi maupun DPU harus sesuai dengan konsentrasi studi yang dipilih.
b. Menyusun kapsul proposal penelitian dan meminta persetujuan kepada calon DPU.
c. Mengisi blanko permohonan pengajuan kapsul proposal penelitian bersamaan dengan pengisian Rencana Surat Bukti Pengambilan Kelas (RSBPK). Blanko permohonan serta kapsul proposal penelitian dikumpulkan sesuai jadual yang sudah ditetapkan
d. Kelayakan suatu kapsul proposal penelitian akan ditentukan oleh rapat Komisi Skripsi yang hasilnya segera diumumkan. Pengumpulan kapsul proposal di luar jadwal (terlambat) akan ditentukan pada rapat semester berikutnya.
e. Kapsul penelitian yang dianggap layak, dilanjutkan konsultasi penyusunan naskah proposal penelitian dengan DPU dan DPP masing-masing.
f. Meminta pengesahan naskah proposal penelitian dan konsultasi rencana jadwal presentasi (seminar) kepada DPU.
g. Meminta persetujuan presentasi kepada Dosen Penyelenggara Seminar (penguji) dengan membawa blanko permohonan ujian seminar yang telah diisi.
h. Menyerahkan blanko permohonan ujian seminar dan naskah seminar (rangkap 3) yang telah disahkan oleh DPU, DPP dan Dosen Penyelenggara Seminar ke bagian TU dengan syarat melampirkan presensi kehadiran mengikuti seminar (sekurang-kurangnya 10 kali) dan Buku Bimbingan Seminar.
i. Presentasi proposal penelitian di depan forum diskusi ilmiah yang diikuti oleh mahasiswa, dosen pembimbing serta dosen penguji (penyelenggara seminar).
j. Mengumpulkan naskah seminar yang telah direvisi dan disahkan oleh DPU, DPP dan Dosen Penyelenggara Seminar ke Sub Bag. Akademik TU sebanyak tiga eksemplar dengan sampul warna biru muda (blue sapphire). Pengumpulan naskah seminar paling lambat pada hari terakhir saat UAS.

5. Format Kapsul Proposal Penelitian
Kapsul proposal penelitian adalah suatu uraian ringkas mengenai penelitian yang akan dilakukan, ditulis dalam dua halaman kertas ukuran kuarto dengan format penulisan sebagai berikut :
a. Judul Penelitian.
b. Pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian.
c. Metode penelitian, yang meliputi tahapan penelitian (secara singkat tetapi jelas), variabel perlakuan dan parameter pengukuran.

TIPS GUE UNTUK YANG MAU PPL

I ever wanna be a teacher, but after facing PPL, I have to think it again and again.”
Kurang-lebih demikian jawabanku manakala seorang dosen bertanya Do you want to be a teacher?” di sela-sela sidang komprehensif. Usai mendengar jawaban itu, beliau bertanya lagi. Singkat saja, Why?”. Kujawab singkat juga, Because, in fact, being a teacher is complicated.”
Namun… bukan berarti kita gak mesti jadi guru. Justru angkat topi deh buat para guru.Sebab, menjadi guru itu tidaklah sederhana. Hanya menyampaikan materi, lalu usailah sudah. Tidak se-simple itu. Ternyata lebih rumit. Berkaitan dengan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial-budaya, karakter, moral siswa, dsb. So, kami kami bangga padamu, wahai para guru.
Nah di bawah ini 15 TIPS Menghadapi PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yang daku olah dari pengalaman dan pengamatan sumber-sumber lain. Jom kita tengok, Bro-Sist!

1. Pahami Mata Kuliah yang berkaitan dengan hal – ihwal pengajaran
Beneran. PPL menjadi salah-satu ajang pembuktian betapa materi-materi dari mata kuliah itu penting pake ‘banget’ untuk dipahami. PPL juga menjadi momen pas untuk mempraktikkan teori-teori yang mahasiswa (khususnya FKIP) geluti… seperti dalam Kurikulum Pembelajaran, Strategi Belajar – Mengajar, Evaluasi Pengajaran, Perencanaan Pengajaran, dst.
nyesel juga dulu daku tak terlalu serius untuk ‘akrab’ dengan mata kuliah-mata kuliah itu. Kalau diingat-ingat, konyol juga mahasiswi FKIP sepertiku tak menaruh perhatian khusus pada mereka.Padahal, materi-materi dalam mata kuliah itu ibarat modal dan bekal ketika PPL. So, disarankan fokus belajar ya, Bro-Sist. Gak cuma hafal, tapi juga paham. Insya Allah kita bisa merasa lega jika telah menguasainya.
2. Update Kurikulum termasuk RPP
Kabarnya, Kurikulum 2013 tidak mengharuskan guru (atau mungkin praktikan PPL) untuk membuat silabus ya, Bro-Sist? Beuh, ‘beban’-nya sedikit ringan tuh?! 
Perkembangan kurikulum dan segala kebijakan di dalamnya memang mesti kita ‘follow’ ya, Bro-Sist. Hal tersebut selain sebagai upaya mendukung keberhasilan kurikulum, juga mengesankan betapa kita memang update hal-hal mengenai pendidikan. RPP juga mesti kita perhatikan ya, Bro-Sist.
Bagaimanapun, RPP menjadi ‘otak’ dibelakang proses mengajar seorang guru. Menjadi ‘guide’ tentang apa tujuan pembelajaran kita, bagaimana ‘skenario’ kegiatannya, materi apa yang hendak disampaikan, alat dan medianya apa, sumbernya dari mana, alokasi waktunya berapa, bagaimana cara mengevaluasinya, dst.
Tak hanya unsur itu, kita pun disarankan update terhadap teknis penyajian RPP. Contohnya baru-baru ini ada yang dinamakan dengan ‘RPP Berkarakter’. Meski tujuannya sama dengan RPP-RPP terdahulu, namun ada beberapa modifikasi yang mesti kita ikuti.
3. PDKT’ dengan Sekolah Mitra
Sebelum PPL digelar, tentu saja pihak lembaga kampus mensosialisasikan sekolah-sekolah mitra dan penempatannya. Syukur jika kita sudah tahu lokasinya. Namun jika belum, segeralah cari tahu. Pertimbangkan jarak sekolah dengan kediaman kita, supaya kita bisa menyesuaikan. Baiknya berangkat jam berapa? Kalo pake kendaraan pribadi, rutenya bagaimana? Kalo pake jasa transportasi umum, angkotnya yang mana? Dst. Bagaimanapun, sekolah itu terjadwal dan segala sesuatunya memiliki aturan tersendiri.
Tak hanya itu. Hal terpenting yang mesti kita tahu adalah mengenai norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut. Jadi, kalau ada kesempatan untuk observasi atau biasanya ada kegiatan yang dinamakan ‘serah-terima mahasiswa praktikan PPL’… ikuti saja. Keliling di sekitar lingkungan sekolah, mengobrol dengan calon guru pamong kita atau sekadar melihat calon anak-anak didik. Hal tersebut kadang memberi gambaran; bagaimana kita praktik mengajar di sana. Pakaiannya akan seperti apa? Cara mengajar anak-anaknya bagaimana? Kedisiplinannya se-ketat apa (agar kita menyesuaikan)? Dst.
4. Persiapan-persiapan
Persiapan di sini adalah persiapan jelang PPL, bukan jauh hari dari PPL. Mulai dari ‘kostum’ mengajar, guru pamongnya, kelas yang akan diajar, absensinya, jadwal mengajarnya, materi-materinya, buku panduannya, alat dan medianya, dst. Gak mau dong kalau kita salah masuk kelas? gak tahu jadwal? atau juga gak tahu materi pengajarannya? 
5. Be A Good Person!
Ketika menjadi mahasiswa praktikan PPL, kita akan banyak menemui orang-orang baru nan asing. Dianjurkan untuk ‘mengendalikan’ sikap. Meski aslinya kita itu urakan dan ceplas-ceplos, kalau bisa, tahan dulu sampai kita benar-benar akrab dan larut dalam pergaulan bersama mereka. Mereka itu siapa? Ya mulai dari Kepala Sekolah mitra, guru-gurunya, guru pamongnya, rekan sesama praktikan PPL, ibu-bapak kantin, bapak satpam, pengelola kebun, pengelola kebersihan dan para siswa itu sendiri.
Tapi… menjadi baik tak berarti harus menjadi orang lain. Maksudnya gak perlu pencitraan juga. Hehe. Baiknya jadi diri sendiri dengan posisi sebaik mungkin pada setiap orang. Berbaur, suka menolong, gak sombong, rajin menabung, dsb. 
6. Perhatikan Penampilan Perdana
Ada yang bilang, penampilan pertama itu wajib berkesan. Hm… kata-kata itu banyak benarnya. Memang, penampilan perdana menjadi gambaran tersendiri untuk pertemuan selanjutnya. Jadi kayaknya gak ada pilihan terbaik selain ‘do the best’ di penampilan perdana ketika mengajar.
Supaya berkesan… lakukan persiapan, perencanaan dan ‘eksekusi’ yang matang (pakaiannya , RPP-nya, materinya dan segalanya). Jangan sampai rasa percaya diri runtuh seketika gara-gara kurang persiapan dan perencanaan. Jangan sampai juga pingsan di depan kelas dan merasa tersudut dalam penderitaan yang akut. 


7. Teladani Guru Favorit
Ingat-ingat deh… waktu sekolah TK, SD, SMP atau SMA, siapa sih guru-guru favorit kita? Terus, kenapa sih kita memfavoritkan mereka? Kemungkinan besar, jika kita meneladani hal-hal positif dari mereka, anak-anak didik kita pun bakal suka.
Kalau guru favoritnya banyak?
Gimana kalau ‘comot’ dan kolaborasikan semua hal positif itu? Misal, kita suka guru A karena cara beliau menerangkan materi itu sangat jelas. Kita suka guru B karena beliau asyik diajak sharing. Kita suka guru C karena sering ngasih PR pleus mengoreksinya. Dst. Sip deh, kita kumpulkan teladan-teladan tersebut, bikin daftarnya dan bismillaah… praktikkan deh.
8. Penampilan
Soal penampilan, pasti Bro-Sist udah paham betul bagaimana baiknya penampilan seorang guru. Dari mulai kepala sampai kaki. Sopan, tertutup dan rapi. Kalo pakaian udah oke, perhatikan juga dandanannya. Bagi perempuan, pertimbangkan deh pemakaian aksesoris, bedak, lipstik dan minyak wanginya. Laki-laki juga, perhatikan pemakaian aksesoris, gel rambut dan minyak wangi. Lebih bijak, lebih bagus.
Tak hanya itu, perhatikan pula seragam yang biasa dipakai di sekolah tersebut. Kalau hari Senin biasanya safari, ikuti saja. Kalau hari Jumat biasanya batik, juga ikuti. Intinya, sesuaikan penampilan dengan adat sekolah juga ya, Sob.
~
9. Kuasai Materi dan Sampaikan dengan baik juga benar
Pernah gak sih menghadapi guru yang jenius, namun ternyata beliau kurang mampu menyampaikannya pada kita? Beliau menguasai materi sih, namun waktu menerangkan ke kita kok ya gak ngerti ya? 
Baiknya gimana tuh, Bro-Sist? Tentu saja menguasai materi dan bisa menyampaikannya ke anak didik. 
Masalah menguasai materi, tak ada yang bisa kita lakukan selain memahami materi-materi tersebut. Sebelum mengajarkannya pada murid, biasanya kita terlebih dahulu yang belajar. Termasuk sebelum menggelontorkan soal-soal, terlebih dahulu kita yang ‘menikmatinya’. Hehe.
Sewaktu menyampaikan materi, perhatikan reaksi anak-anak didik. Apakah mereka kelihatan memerhatikan? Memahami? Melamun? Memandang dengan pandangan kosong? Dst. Saat disediakan waktu untuk bertanya, adakah yang yang bertanya? Kalau mereka terdiam, pastikan mereka itu terdiam karena sudah paham atau melah tengah kebingungan?
Masih kurang yakin dengan pemahaman mareka, gimana kalau kita beri soal-soal? Gak perlu banyak dulu, cukup beberapa sebagai ‘tester’ pemahaman dasar mereka. Bisakah mereka menjawabnya? Di mana kesulitan yang dihadapi? Sudahkah semuanya paham dan mampu memecahkan soal tersebut?
Jalan lain, ‘terjun’ ke lapangan. Usai menerangkan materi dan memberi soal, kalau masih ragu, ‘samper’ saja mereka secara personal. Pastikan bangun tanya jawab demi mengetahui pemahaman masing-masing siswa. Apakah semuanya sudah paham atau mungkin… hanya beberapa saja?
Terapkan metode pengajaran yang sesuai dengan tujuan dan karakter kelasnya. Kata orang sih, tak ada satu metode saja yang pas diterapkan. Fleksibel. Kita bisa mengkolaborasikannya. Kita juga bisa menciptakan suasana menyenangkan… seperti memakai media audio-visual, memberi contoh yang familiar bagi siswa, membalutkan materi dalam sebuah cerita, dst.
~
10. Komunikasi dan Interaksi Ketika KBM (Kegiatan Belajar – Belajar)
Hal ini terlihat sederhana, namun ternyata penting sekali. Ada kalanya sebagai guru, kita mesti membangun komunikasi dan interaksi ketika KBM. Entah itu sekadar menanyakan kabar, kesulitan materi, review pelajaran yang lalu, mendiskusikan masalah kelas, keluahan mereka, membicarakan ekskul, membahas isu-isu terkini (baiknya sih yang berkaitan dengan materi), dst.
Komunikasinya bisa ke se-kelas atau ke masing-masing pribadi siswanya. Disarankan sekali guru bisa menghapal nama-nama siswanya, jadi tidak melulu menyebutkan nama-nama siswa tertentu. Yang pintar saja, yang di bangku depan saja, yang punya jabatan di ekskul saja, yang neko-neko saja, dst. Tidak, Bro-Sist. Mesti semuanya, ya. 
Bisa dengan memerhatikan posisi bangku mereka, memerhatikan ciri khas mereka, menjadikan nama-nama mereka sebagai tokoh dalam soal, dst. Bukankah adem saat guru menyapa dengan memanggil nama kita, ketimbang dengan kata umum seperti ‘hey, kamu’?
Nyaman gak sih saat ada guru yang menerangkan dengan bahasa ilmiah total? Dengan sedikit bahasa alay? Dengan bahasa resmi? Dengan posisi tangan tegap? Dengan tangan yang tak lepas menggenggam pulpen? Atau dengan tangan yang gak mau diam. Itu gimana selera ya, Bro-Sist
Sesuai pengalaman sewaktu menjadi siswa, kadang kita terlampau hapal dengan ciri khas seorang guru. Misalnya guru yang gemar berdehem ketika mengajar atau yang tangannya tak mau diam. Lama-lama siswa malah fokus pada cara bahasa dan gerak guru, bukan malah ke gurunya. -_-‘
Kayaknya gak ada jalan lain selain bijak dalam berbahasa dan bergerak ya, Bro-Sist. Misalnya jika diperlukan, ada kalanya kita menyembulkan istilah gaul supaya siswa remaja bisa mudah menangkapnya. Atau, ada kalanya pula kita menirukan gerakan sesuatu ketika menerangkan sesuatu tersebut. Asal gak berlebihan saja ya, Bro-Sist.
12. Jangan pilih untuk menjadi ‘pilih kasih’
Siapa yang suka sama guru pilih kasih? Kayaknya kita kurang sreg belajar dengan guru yang terlalu perhatian pada siswa-siswa tertentu saja, lalu melupakan siswa lainnya. Sebisa mungkin perlakuan kita itu adil. Memberi apresiasi pada siswa yang berprestasi, sekalipun siswa tersebut tidak kita sukai karena (misalnya) cara berpakaiannya. Juga, memberi ganjaran pada siswa yang melanggar aturan, sekalipun siswa tersebut (misalnya) nurut pada kita.
Begitupun ketika kita berkeliling dari bangku ke bangku untuk interaksi lebih pribadi dengan mereka… sebisa mungkin kita menghampiri semua bangku, tak lama-lama di bangku siswa tertentu saja lalu hanya melintas di bangku siswa-siswa lainnya.
13. Ketika Menutup Pelajaran
Usai segenap proses KBM kita tunaikan, hal penting lainnya yaitu penutupan pelajaran. Ada banyak hal yang bisa kita terapkan demi mengisi bagian ini. Sebagian ada yang memanfaatkannya dengan tanya-jawab, sengaja memberi post-test dan mengoreksinya, memberi ‘oleh-oleh’ (PR) atau membuat kesimpulan.
Tapi mari catat ya, Bro-Sist. Membuat kesimpulan itu baiknya dilakukan oleh siswa, bukan oleh kita. Apapun pendapat mereka, apresiasi pemahaman mereka.
14. Enggak cuma KBM
Menjadi guru ternyata tak hanya berurusan di kelas saja. Kadang, kita mesti eksplor diri dalam ranah di luar kelas. Tentang fasilitas luar kelas yang mendukung pembelajaran, penasihat dalam kegiatan intrakurikuler siswa juga menjadi pembina/pendamping dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka.
15. Laporan-laporan
Membuat laporan itu… satu sisi memang sedikit repot, namun di sisi lain menjadi salah-satu tanda bahwa PPL itu akan segera berakhir. Yeah… Hehe.
Supaya tak terlalu repot, jangan andalkan waktu-waktu akhir. Di awal kegiatan pun, alangkah baiknya kita tak lepas mendokumentasikan segala data yang diperlukan. Biar nanti di akhir, tinggal menyusun saja. Lalu, tak lupa kita ikuti aturan yang sudah ditetapkan. Misalnya laporan tersebut mesti dalam kertas apa, jilidnya bagaimana, margin berapa, spasinya berapa, hurufnya apa, dst.

Gak lupa, buat cadangan data laporan. Ya namanya juga hidup, banyak hal yang tak terduga. Siapa tahu kita sudah membuat laporan, namun ternyata flash disk-nya hilang. Uh, sesak ‘kan, Bro-Sist? Demi meminimalisir petaka tersebut, tak ada salahnya kita simpan data-data penting dalam flash disk, CD, komputer/netbook/laptop, draft email atau blog, dst.

PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN

 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN 2016

Bismillahirrahmannirrahim,
Berikut ini saya coba kupas materi untuk pembekalan PPL yang mudah-mudahan dapat bermanfa’at untuk mahasiswa Universitas Mathla’ul Anwar semuanya dan umumnya yang akan melaksanakan Kegiatan PPL nantinya. PPL InsyALLAH akan dilaksanakan pada sekitar bulan November atau Desember 2016.

   PENDAHULUAN
Pendidikan, tak lepas dari suatu sistem yang disebut dengan guru.Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (Wikipedia).
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.
Dari itulah pentingnya sebuah pendidikan khusus bagi seorang guru, mulai pendidikan formal, informal dan nonformal. Semua itu dilakukan umtuk memberikan pengalaman bagi seorang guru untuk membentuk guru yang professional. Dan salah satu progam untuk merealisasikannya adalah melalui praktek pengalaman Lapangan.
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah salah satu program yang dilaksanakan dalam bentuk praktik pembelajaran dan tugas-tugas kuliah lain (layanan study kasus dan pengelolaan sekolah) secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi guru.

PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
 Sebagaimana telah disinggung di atas, PPL adalah bagian yang integral dari keseluruhan kurikulum , dan merupakan muara dari seluruh kegiatan akademik bidang kependidikan. PPL berfungsi mengorganisasi, mengkoordinasi dan mengembangkan penyelenggraan program praktek kependidikan dan keguruan. Sebagai tenaga kependidikan yang profesional, Mahasiswa lulusan Universitas Mathla’ul Anwar Banten Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan harus memiliki seperangkat kompetensi yang diperlukan oleh seorang guru/tenaga kependidikan yang profesional serta dapat menerapkan di dalam menyelenggarakan berbagai program kependidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
A.    Tujuan dilaksanakan PPL
Adapun beberapa tujuan diadakannya Praktik  Pengalaman Lapangan Bagi praktikan ini antara lain:
1.       Memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi, merancang, membelajarkan, mengevaluasi dan merevisi rancangan pembelajaran secara untuh dalam bentuk real teching.
2.       Berlatih melaksanakan Layanan Bimbingan Siswa
3.       Memahami pengelolaan Sekolah
4.       Melatih sikap personal dan social yang baik.
B.    Sistem Pelaksanaan PPL
1.       PPL dilaksanakan secara terpadu dan terbimbing, dengan pengertian praktikan dalam melaksanakan berbagai kegiatan PPL mendapat bimbingan dari guru pamong, dosen pembimbing lapangan dan kepala sekolah.
2.       PPL yang  diterapkan berbasis lesson study. Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. PPL berbasis Lesson Study dilaksanakan secara kolaboratif ( antara praktikan dan guru pamong, kepala sekolah dosen pembimbing lapangan dan sejawat praktikan) utuk mengidentifikasi masalah pembelajaran. Membelajarkan peserta didik mengevaluasi pembelajaran, dan merevisi rancangan pembelajaran.
C.    Konsep E-Learning
1.        Strategi pembelajaran berbasis TIK
TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.
2.        Pemanfaatan TIK
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.
a)      Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
b)      Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru- Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
c)      Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
d)     Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan member sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.
3.        E-Leaarning
Beberapa pengertian E-Learning dari beberapa pakar.
·         E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
·         E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com, 2001]
·         Hardhono dan Darmayanti (2002); Simamora (2002); Brown (2001); Haryono dan Alatas (2000) menyiratkan bahwa e-Learning itu merupakan konsep belajar jarak jauh dengan menggunakan teknologi telekomunikasi dan informasi, seperti Internet, siaran radio, televisi, serta video/audioconferencing, dan CD-ROM.
4.        Modus belajar Menggunakan E_Learning.
·         Mendengarkan kuliah diskusi
·         Mencaris aran dari guru dan dosen
·         Membaca
·         Meperhatikan
·         Menyimak
·         Menerima kritik dari ahli, sejawat
·         Memodelkan karakteristik
·         Mengexplorasi hal-hal baru
·         Mendiskusikan ide dengan teman
·         Mempraktekkan kemampuan
·         Melakukan penelitian
5.        Perubahan Pradikma Pendidikan
Metode yang diaplikasikan oleh seorang Guru di dalam kelas ketika mengajar harus meninggalkan prisip-prinsip mengajar yang lama dan merubahnya
·         From Teacher Centered Instruction to Student Centered Instruction
·         From Single Sense Simulation to Multiple Single Sense Simulation
·         From Single Path Progression to Multiple Path Progression
·         From Single Media to Multiple Media
·         From Information Delivery to Information Order
6.        Metode Penyampaian E-Learning
Metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua, yaitu:
1.                  Synchrounous e-LearningGuru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali
2.                  Asynchronous e-LearningGuru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang 

 PENUTUP
A.    Kesimpulan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan dasar profesi. Dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Praktik Pengalaman Lapangan diaplikasikan dalam bentuk praktik mengajar dan kegiatan edukasional lainnya di lembaga sekolah. Hal tersebut juga diimbangi dengan metode pembelajaran yang telah dibekalkan kepada para Mahasiswa untuk diaplikasikan kelembaga terkait.
B.     Saran
Secara Pribadi saya merangkai materi ini agar Mahasiswa dapat melaksanakan PPL ini dengan baik, terprogram dan hasil yang maksimal.Semua itu tidak akan terlaksana jika tidak ada kemauan yang kuat dari mahasiswa untuk belajar, menggali dan mencari.


Dengan Program PPL yang dilaksanakan secara rutin oleh Universitas Mathla’ul Anwar Banten setiap tahunnya ini diharapkan mampu meningkatkan dan menambah pengalaman mahasiswa praktikum untuk dapat menjadi seorang guru yang professional. Dan juga tidak menutup kemungkinan metode-metode pengajaran baru yang diaplikasikan oleh Mahasiswa PPL dapat dilanjutkan dilembaga-lembaga terkait manakala metode tersebut dirasa efektif untuk digunakan di lembaga/sekolah tersebut.

Selasa, 18 Oktober 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain. Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).
Cara Menulis Karya Ilmiah
Numpang 
Dalam menulis karya ilmiah, ada beberapa langkah-langkah singkat cara penulisan karya ilmiah, sebagai berikut :
  • Pemilihan Topik/Masalah untuk Karya Ilmiah : merumuskan tujuan, menentukan topik
  • Mengidentifikasi Pembaca Karaya Ilmiah
  • Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
  • Melakukan Pengumpulan informasi untuk penulisan Karya Ilmiah, bisa lewat perpustakaan (buku), wawancara, atau media online seperti internet.
  • Melakukan proses penulisan karya ilmiah berdasarkan data/informasi yang sudah dikumpulkan.
Dalam Proses penulisan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti di bawah ini :
Tahap Pra Penulisan
1.  Pemilihan dan pembatasan topik
2.  Merumuskan tujuan
3.  Mempertimbangkan bentuk karangan
4.  Mempertimbangkan pembaca
5.  Mengumpulkan data pendukung
6.  Merumuskan judul
7.  Merumuskan tesis
8.  Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline
Pemilihan Topik
# Apa yang akan kita tulis?
# Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.
# Empat syarat: keterkuasaian, ketersediaan bahan, kemenarikan, kemanfaatan.
#  Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.
Tahap Penulisan Draf
Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek  mekanik.
Tahap Revisi
Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
Tahap Penyuntingan
Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.
Tahap Publikasi
Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
Contoh Karya Ilmiah
Nah setelah mengetahui cara menulis karya ilmiah, langkah langkah penulisan karya ilmiah serta hal hal yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah, selanjutnya saya akan memberikan beberapa contoh karya ilmiah. Silahkan dilihat di bawah ini :
Contoh Karya Tulis Ilmiah Pendidikan
“Judul Karya Ilmiah : Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran”


A. Pendahuluan
Suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. S.C. Utami Munandar (1985:11) menyatakan bahwa minat dapat juga menjadi kekuatan motivasi. Prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minatnya. Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang-ulang tindakan-tindakan yang didasari oleh minat dan minat ini dapat bertahan selama hidupnya.
Dengan demikian, minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Disamping itu minat belajar juga dapat mendukung dan mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Namun dalam prakteknya tidak sedikit guru Seni Budaya (Kesenian) menemukan kendala di dalam kelas, karena kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Seni Budaya khususnya seni rupa. Jika hal ini terjadi, maka proses belajar mengajar pun akan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran. Hanya sebagian kecil saja siswa yang bisa memahami dan mengerjakan tugas dengan semangat. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan perasaan terpaksa atau takut. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuaskan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka ditanya, alasannya mereka tidak mempunyai bakat di bidang seni atau tidak punya bakat menggambar. Dengan kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa terutama dalam pembelajaran Seni Rupa.
B. Konsep Minat Belajar
Pengertian minat
Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut Slameto (dalam Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (dalam Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Pengertian Belajar
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar, pada umumnya mereka memberikan penekanan pada unsur perubahan dan pengalaman. Menurut Witherington (dalam Sukmadinata 2007:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Crow and Crow (dalam Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgar (1962:252) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.
Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang definisi belajar dikemukakan para ahli, antara lain menurut Di Vesta and Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage and Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630), mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang brelatif permanen yang terjadi karena pengalaman.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut :
Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari :
Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya. (Kumpulan Tugas Sekolahku)
Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan minat belajar.
Faktor dari luar siswa, meliputi:
Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolahserta berbagai kegiatan kokurikuler.
Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97), faktor-faktor yang menyebabkan kurang atau hilangnya minat belajar sisbwa adalah sebagai berikut :
D. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa.
Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi :
Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu
Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.
Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan. ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalanya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan tumbuh.
JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut :
Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.
Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar
Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.
Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. (Kumpulan Tugas Sekolahku)
Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.
Penutup
Minat belajar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya minat belajar. Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Dengan demikian upaya untuk menumbuhkan minat belajar sesuai dengan sasarannya.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat belajar pada peserta didik. Pertama, pahami dan kenali terlebih dahulu kondisi fisik dan psikologis siswa. Kedua, gunakan teknik dan metode yang bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran. Ketiga, penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat merangsang siswa untuk tertarik ikuti serta dalam pembelajaran. Keempat, pahami kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sehingga kita dapat mencari jalan keluar dalam menumbuhkan minat belajar siswa.
Rujukan
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Munandar, S.C. Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.
Loekmono,JT. 1985. Bimbingan bagi Anak Remaja yang bermasalah. Jakarta: CV. Rajawali.