Kamis, 20 Oktober 2016

TIPS GUE UNTUK YANG MAU PPL

I ever wanna be a teacher, but after facing PPL, I have to think it again and again.”
Kurang-lebih demikian jawabanku manakala seorang dosen bertanya Do you want to be a teacher?” di sela-sela sidang komprehensif. Usai mendengar jawaban itu, beliau bertanya lagi. Singkat saja, Why?”. Kujawab singkat juga, Because, in fact, being a teacher is complicated.”
Namun… bukan berarti kita gak mesti jadi guru. Justru angkat topi deh buat para guru.Sebab, menjadi guru itu tidaklah sederhana. Hanya menyampaikan materi, lalu usailah sudah. Tidak se-simple itu. Ternyata lebih rumit. Berkaitan dengan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial-budaya, karakter, moral siswa, dsb. So, kami kami bangga padamu, wahai para guru.
Nah di bawah ini 15 TIPS Menghadapi PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yang daku olah dari pengalaman dan pengamatan sumber-sumber lain. Jom kita tengok, Bro-Sist!

1. Pahami Mata Kuliah yang berkaitan dengan hal – ihwal pengajaran
Beneran. PPL menjadi salah-satu ajang pembuktian betapa materi-materi dari mata kuliah itu penting pake ‘banget’ untuk dipahami. PPL juga menjadi momen pas untuk mempraktikkan teori-teori yang mahasiswa (khususnya FKIP) geluti… seperti dalam Kurikulum Pembelajaran, Strategi Belajar – Mengajar, Evaluasi Pengajaran, Perencanaan Pengajaran, dst.
nyesel juga dulu daku tak terlalu serius untuk ‘akrab’ dengan mata kuliah-mata kuliah itu. Kalau diingat-ingat, konyol juga mahasiswi FKIP sepertiku tak menaruh perhatian khusus pada mereka.Padahal, materi-materi dalam mata kuliah itu ibarat modal dan bekal ketika PPL. So, disarankan fokus belajar ya, Bro-Sist. Gak cuma hafal, tapi juga paham. Insya Allah kita bisa merasa lega jika telah menguasainya.
2. Update Kurikulum termasuk RPP
Kabarnya, Kurikulum 2013 tidak mengharuskan guru (atau mungkin praktikan PPL) untuk membuat silabus ya, Bro-Sist? Beuh, ‘beban’-nya sedikit ringan tuh?! 
Perkembangan kurikulum dan segala kebijakan di dalamnya memang mesti kita ‘follow’ ya, Bro-Sist. Hal tersebut selain sebagai upaya mendukung keberhasilan kurikulum, juga mengesankan betapa kita memang update hal-hal mengenai pendidikan. RPP juga mesti kita perhatikan ya, Bro-Sist.
Bagaimanapun, RPP menjadi ‘otak’ dibelakang proses mengajar seorang guru. Menjadi ‘guide’ tentang apa tujuan pembelajaran kita, bagaimana ‘skenario’ kegiatannya, materi apa yang hendak disampaikan, alat dan medianya apa, sumbernya dari mana, alokasi waktunya berapa, bagaimana cara mengevaluasinya, dst.
Tak hanya unsur itu, kita pun disarankan update terhadap teknis penyajian RPP. Contohnya baru-baru ini ada yang dinamakan dengan ‘RPP Berkarakter’. Meski tujuannya sama dengan RPP-RPP terdahulu, namun ada beberapa modifikasi yang mesti kita ikuti.
3. PDKT’ dengan Sekolah Mitra
Sebelum PPL digelar, tentu saja pihak lembaga kampus mensosialisasikan sekolah-sekolah mitra dan penempatannya. Syukur jika kita sudah tahu lokasinya. Namun jika belum, segeralah cari tahu. Pertimbangkan jarak sekolah dengan kediaman kita, supaya kita bisa menyesuaikan. Baiknya berangkat jam berapa? Kalo pake kendaraan pribadi, rutenya bagaimana? Kalo pake jasa transportasi umum, angkotnya yang mana? Dst. Bagaimanapun, sekolah itu terjadwal dan segala sesuatunya memiliki aturan tersendiri.
Tak hanya itu. Hal terpenting yang mesti kita tahu adalah mengenai norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut. Jadi, kalau ada kesempatan untuk observasi atau biasanya ada kegiatan yang dinamakan ‘serah-terima mahasiswa praktikan PPL’… ikuti saja. Keliling di sekitar lingkungan sekolah, mengobrol dengan calon guru pamong kita atau sekadar melihat calon anak-anak didik. Hal tersebut kadang memberi gambaran; bagaimana kita praktik mengajar di sana. Pakaiannya akan seperti apa? Cara mengajar anak-anaknya bagaimana? Kedisiplinannya se-ketat apa (agar kita menyesuaikan)? Dst.
4. Persiapan-persiapan
Persiapan di sini adalah persiapan jelang PPL, bukan jauh hari dari PPL. Mulai dari ‘kostum’ mengajar, guru pamongnya, kelas yang akan diajar, absensinya, jadwal mengajarnya, materi-materinya, buku panduannya, alat dan medianya, dst. Gak mau dong kalau kita salah masuk kelas? gak tahu jadwal? atau juga gak tahu materi pengajarannya? 
5. Be A Good Person!
Ketika menjadi mahasiswa praktikan PPL, kita akan banyak menemui orang-orang baru nan asing. Dianjurkan untuk ‘mengendalikan’ sikap. Meski aslinya kita itu urakan dan ceplas-ceplos, kalau bisa, tahan dulu sampai kita benar-benar akrab dan larut dalam pergaulan bersama mereka. Mereka itu siapa? Ya mulai dari Kepala Sekolah mitra, guru-gurunya, guru pamongnya, rekan sesama praktikan PPL, ibu-bapak kantin, bapak satpam, pengelola kebun, pengelola kebersihan dan para siswa itu sendiri.
Tapi… menjadi baik tak berarti harus menjadi orang lain. Maksudnya gak perlu pencitraan juga. Hehe. Baiknya jadi diri sendiri dengan posisi sebaik mungkin pada setiap orang. Berbaur, suka menolong, gak sombong, rajin menabung, dsb. 
6. Perhatikan Penampilan Perdana
Ada yang bilang, penampilan pertama itu wajib berkesan. Hm… kata-kata itu banyak benarnya. Memang, penampilan perdana menjadi gambaran tersendiri untuk pertemuan selanjutnya. Jadi kayaknya gak ada pilihan terbaik selain ‘do the best’ di penampilan perdana ketika mengajar.
Supaya berkesan… lakukan persiapan, perencanaan dan ‘eksekusi’ yang matang (pakaiannya , RPP-nya, materinya dan segalanya). Jangan sampai rasa percaya diri runtuh seketika gara-gara kurang persiapan dan perencanaan. Jangan sampai juga pingsan di depan kelas dan merasa tersudut dalam penderitaan yang akut. 


7. Teladani Guru Favorit
Ingat-ingat deh… waktu sekolah TK, SD, SMP atau SMA, siapa sih guru-guru favorit kita? Terus, kenapa sih kita memfavoritkan mereka? Kemungkinan besar, jika kita meneladani hal-hal positif dari mereka, anak-anak didik kita pun bakal suka.
Kalau guru favoritnya banyak?
Gimana kalau ‘comot’ dan kolaborasikan semua hal positif itu? Misal, kita suka guru A karena cara beliau menerangkan materi itu sangat jelas. Kita suka guru B karena beliau asyik diajak sharing. Kita suka guru C karena sering ngasih PR pleus mengoreksinya. Dst. Sip deh, kita kumpulkan teladan-teladan tersebut, bikin daftarnya dan bismillaah… praktikkan deh.
8. Penampilan
Soal penampilan, pasti Bro-Sist udah paham betul bagaimana baiknya penampilan seorang guru. Dari mulai kepala sampai kaki. Sopan, tertutup dan rapi. Kalo pakaian udah oke, perhatikan juga dandanannya. Bagi perempuan, pertimbangkan deh pemakaian aksesoris, bedak, lipstik dan minyak wanginya. Laki-laki juga, perhatikan pemakaian aksesoris, gel rambut dan minyak wangi. Lebih bijak, lebih bagus.
Tak hanya itu, perhatikan pula seragam yang biasa dipakai di sekolah tersebut. Kalau hari Senin biasanya safari, ikuti saja. Kalau hari Jumat biasanya batik, juga ikuti. Intinya, sesuaikan penampilan dengan adat sekolah juga ya, Sob.
~
9. Kuasai Materi dan Sampaikan dengan baik juga benar
Pernah gak sih menghadapi guru yang jenius, namun ternyata beliau kurang mampu menyampaikannya pada kita? Beliau menguasai materi sih, namun waktu menerangkan ke kita kok ya gak ngerti ya? 
Baiknya gimana tuh, Bro-Sist? Tentu saja menguasai materi dan bisa menyampaikannya ke anak didik. 
Masalah menguasai materi, tak ada yang bisa kita lakukan selain memahami materi-materi tersebut. Sebelum mengajarkannya pada murid, biasanya kita terlebih dahulu yang belajar. Termasuk sebelum menggelontorkan soal-soal, terlebih dahulu kita yang ‘menikmatinya’. Hehe.
Sewaktu menyampaikan materi, perhatikan reaksi anak-anak didik. Apakah mereka kelihatan memerhatikan? Memahami? Melamun? Memandang dengan pandangan kosong? Dst. Saat disediakan waktu untuk bertanya, adakah yang yang bertanya? Kalau mereka terdiam, pastikan mereka itu terdiam karena sudah paham atau melah tengah kebingungan?
Masih kurang yakin dengan pemahaman mareka, gimana kalau kita beri soal-soal? Gak perlu banyak dulu, cukup beberapa sebagai ‘tester’ pemahaman dasar mereka. Bisakah mereka menjawabnya? Di mana kesulitan yang dihadapi? Sudahkah semuanya paham dan mampu memecahkan soal tersebut?
Jalan lain, ‘terjun’ ke lapangan. Usai menerangkan materi dan memberi soal, kalau masih ragu, ‘samper’ saja mereka secara personal. Pastikan bangun tanya jawab demi mengetahui pemahaman masing-masing siswa. Apakah semuanya sudah paham atau mungkin… hanya beberapa saja?
Terapkan metode pengajaran yang sesuai dengan tujuan dan karakter kelasnya. Kata orang sih, tak ada satu metode saja yang pas diterapkan. Fleksibel. Kita bisa mengkolaborasikannya. Kita juga bisa menciptakan suasana menyenangkan… seperti memakai media audio-visual, memberi contoh yang familiar bagi siswa, membalutkan materi dalam sebuah cerita, dst.
~
10. Komunikasi dan Interaksi Ketika KBM (Kegiatan Belajar – Belajar)
Hal ini terlihat sederhana, namun ternyata penting sekali. Ada kalanya sebagai guru, kita mesti membangun komunikasi dan interaksi ketika KBM. Entah itu sekadar menanyakan kabar, kesulitan materi, review pelajaran yang lalu, mendiskusikan masalah kelas, keluahan mereka, membicarakan ekskul, membahas isu-isu terkini (baiknya sih yang berkaitan dengan materi), dst.
Komunikasinya bisa ke se-kelas atau ke masing-masing pribadi siswanya. Disarankan sekali guru bisa menghapal nama-nama siswanya, jadi tidak melulu menyebutkan nama-nama siswa tertentu. Yang pintar saja, yang di bangku depan saja, yang punya jabatan di ekskul saja, yang neko-neko saja, dst. Tidak, Bro-Sist. Mesti semuanya, ya. 
Bisa dengan memerhatikan posisi bangku mereka, memerhatikan ciri khas mereka, menjadikan nama-nama mereka sebagai tokoh dalam soal, dst. Bukankah adem saat guru menyapa dengan memanggil nama kita, ketimbang dengan kata umum seperti ‘hey, kamu’?
Nyaman gak sih saat ada guru yang menerangkan dengan bahasa ilmiah total? Dengan sedikit bahasa alay? Dengan bahasa resmi? Dengan posisi tangan tegap? Dengan tangan yang tak lepas menggenggam pulpen? Atau dengan tangan yang gak mau diam. Itu gimana selera ya, Bro-Sist
Sesuai pengalaman sewaktu menjadi siswa, kadang kita terlampau hapal dengan ciri khas seorang guru. Misalnya guru yang gemar berdehem ketika mengajar atau yang tangannya tak mau diam. Lama-lama siswa malah fokus pada cara bahasa dan gerak guru, bukan malah ke gurunya. -_-‘
Kayaknya gak ada jalan lain selain bijak dalam berbahasa dan bergerak ya, Bro-Sist. Misalnya jika diperlukan, ada kalanya kita menyembulkan istilah gaul supaya siswa remaja bisa mudah menangkapnya. Atau, ada kalanya pula kita menirukan gerakan sesuatu ketika menerangkan sesuatu tersebut. Asal gak berlebihan saja ya, Bro-Sist.
12. Jangan pilih untuk menjadi ‘pilih kasih’
Siapa yang suka sama guru pilih kasih? Kayaknya kita kurang sreg belajar dengan guru yang terlalu perhatian pada siswa-siswa tertentu saja, lalu melupakan siswa lainnya. Sebisa mungkin perlakuan kita itu adil. Memberi apresiasi pada siswa yang berprestasi, sekalipun siswa tersebut tidak kita sukai karena (misalnya) cara berpakaiannya. Juga, memberi ganjaran pada siswa yang melanggar aturan, sekalipun siswa tersebut (misalnya) nurut pada kita.
Begitupun ketika kita berkeliling dari bangku ke bangku untuk interaksi lebih pribadi dengan mereka… sebisa mungkin kita menghampiri semua bangku, tak lama-lama di bangku siswa tertentu saja lalu hanya melintas di bangku siswa-siswa lainnya.
13. Ketika Menutup Pelajaran
Usai segenap proses KBM kita tunaikan, hal penting lainnya yaitu penutupan pelajaran. Ada banyak hal yang bisa kita terapkan demi mengisi bagian ini. Sebagian ada yang memanfaatkannya dengan tanya-jawab, sengaja memberi post-test dan mengoreksinya, memberi ‘oleh-oleh’ (PR) atau membuat kesimpulan.
Tapi mari catat ya, Bro-Sist. Membuat kesimpulan itu baiknya dilakukan oleh siswa, bukan oleh kita. Apapun pendapat mereka, apresiasi pemahaman mereka.
14. Enggak cuma KBM
Menjadi guru ternyata tak hanya berurusan di kelas saja. Kadang, kita mesti eksplor diri dalam ranah di luar kelas. Tentang fasilitas luar kelas yang mendukung pembelajaran, penasihat dalam kegiatan intrakurikuler siswa juga menjadi pembina/pendamping dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka.
15. Laporan-laporan
Membuat laporan itu… satu sisi memang sedikit repot, namun di sisi lain menjadi salah-satu tanda bahwa PPL itu akan segera berakhir. Yeah… Hehe.
Supaya tak terlalu repot, jangan andalkan waktu-waktu akhir. Di awal kegiatan pun, alangkah baiknya kita tak lepas mendokumentasikan segala data yang diperlukan. Biar nanti di akhir, tinggal menyusun saja. Lalu, tak lupa kita ikuti aturan yang sudah ditetapkan. Misalnya laporan tersebut mesti dalam kertas apa, jilidnya bagaimana, margin berapa, spasinya berapa, hurufnya apa, dst.

Gak lupa, buat cadangan data laporan. Ya namanya juga hidup, banyak hal yang tak terduga. Siapa tahu kita sudah membuat laporan, namun ternyata flash disk-nya hilang. Uh, sesak ‘kan, Bro-Sist? Demi meminimalisir petaka tersebut, tak ada salahnya kita simpan data-data penting dalam flash disk, CD, komputer/netbook/laptop, draft email atau blog, dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar