Sabtu, 13 Desember 2014

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas. Pada Bab XV Pasal 54 dinyatakan bahwa:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah diantaranya:
a. Menggunakan jasa sekolah
b. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga
c. Membantu anak belajar di rumah
d. Berkonsultasi masalah pendidikan anak
e. Terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler dan
f. Pembahasan kebijakan sekolah.
Dukungan masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah melibatkan peran serta tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, serta kelembagaan sosial budaya. Penyertaan mereka dalam pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan secara integral, sinergis, dan efektif, dengan memperhatikan keterbukaan sekolah untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat dapat berbentuk:
a)      Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
b)      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
c)      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;
d)     Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional;
e)      Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
f)       Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
g)      Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
h)      Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;
i)        Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional;
j)        Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;
k)      Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan
l)        Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.
     Masyarakat selaku pengguna jasa lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk mengembangkan serta menjaga keberlangsungan penyelenggaraan proses pendidikan, sebagaimana diamanatkan oleh Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB IV yang didalamnya memuat bahwasannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.
Bentuk-bentuk Peran Masyarakat dalam Pendidikan.
Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal ini tujuan partisipasi sebagai upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan cukup variatif. Bentuk partisipatif yaitu dalam Manajemen Berbasis Sekolah, partisipasi orang tua dalam program mutu, komite sekolah, pembiayaan sekolah, mengatasi problem anak, partisipasi dalam disiplin sekolah, partisipasi edukatif dalam perspektif siswa dan partisipasi guru dalam resiliensi sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi yang terjadi pada satuan pendidikan dan masalah yang dihadapi oleh sekolah yang secara umum dideskripsikan sebagai berikut:Bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk
Aktivitas
Masalah
Partisipasi dalam MBS
1.      Pihak masyarakat    bermusyawarah dengan sekolah.
2.      Pemerintah menyediakan sarana-prasarana sekolah.
3.      Komite sekolah berpartisipasi aktif.
4.      Pemanfaatan potensi yang ada
5.      Masyarakat memiliki gotong royong
Berdasarkan tangga partisipasi belum semua sekolah mampu menggerakkan partisipasi masyarakat pada tangga yang tertinggi
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan
1.      Kesiapan SDM secara profesional.
2.      Stakeholder mendukung program sekolah.
3.      Menghadiri pertemuan sekolah untuk mengetahui perkembangan siswa.
4.      Membantu murid belajar
5.      Mencari sumber-sumber lain/pendukung untuk memecahkan masalah pendidikan
Belum semua masyarakat, khususnya orang tua pada sekolah menyadari bahwa untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan pendidikan.


 Hambatan Dalam Mengikutsertakan Masyarakat Dalam Pendidikan.

Deskripsi diatas memberikan gambaran yang lebih empirik bahwa masyarakat pada dasarnya cenderung berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan, tetapi disisi lain tidak mudah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi. Hambatan yang dialami oleh sekolah untuk mengajak partisipasi masyarakat dalam perbaikan mutu pendidikan membuktikan, belum sepenuhnya disadari sebagai tanggung jawab bersama. Realitas tersebut menguatkan asumsi sepenuhnya bahwa partisipasi tidak mudah diwujudkan, karena ada hambatan yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat.Dari pihak pemerintah, kendala yang muncul dapat berupa:1.      Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan didaerah untuk secara sungguh-sungguh melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan public.2.      Lemahnya dukungan SDM yang dapat diandalkan untuk mengimplementasikan strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan public.3.      Rendahnya kemampuan lembaga legislative dalam mengaktualisasikan kepentingan masyarakat.4.      Lemahnya dukunngan angggaran, karena kegiatan partisipasi public sering kali hanya dilihat sebagai proyek, maka pemerintah tidak menjalankan dana secara berkelanjutanSedangkan pihak masyarakat, kendala partisipasi muncul karena beberapa hal, antara lain:1.      Budaya paternalism yang dianut oleh masyarakat menyulitkan untuk melakukan diskusi secara terbuka.2.      Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah daerah.3.      Tidak adanya trust masyarakat kepada pemerintah.

Upaya Meningkatkan Masyarakat Dalam Kebijakan Pendidikan.

Pembuatan dan pelasksanaan kebijaksanaan haruslah senantiasa berusaha agar kebijaksanaan yang digulirkan melibatkan sebangay mungkin partisipasi masyarakat, terutama dalam hal pelaksanaannya. Inilah perlunya upaya dan rekayasa.Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:1.      Menawarkan sanksi atas masyarakat yang tidak mau berpartisipasi. Sanksi demikian dapat berupa hukuman, denda, dan karugian-kerugian yang harus diderita oleh si pelanggar.2.      Menawarkan hadiah kepada mereka yang mau  berpartisipasi. Hadiah yang demikian berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau derajat partisipasinya.3.      Melakukan persuasi kepada masyarakat dalam kebijaksanaan yang dilalaksanakan, justru akan menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.4.      Menghimbau masyarakat untun turut berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan.5.      Mengaitkan partisipasi masyarakat dengan layanan birokrasi yang lebih baik.6.      Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut serta dalam kebijaksanaan, agar  masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang diimplementasika.7.      Mengaitkan keikutsertaan masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan dengan kepentingan mereka. Masyarakat memang perlu diyakini, bahwa ada banyak kepentingan mereka yang terlayani dengan baik, jika mereka berpartisipasidalam kebijaksanaan.8.      Menyadari masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan secara sah tersebut, adalah salah satu dari wujud pelaksanaan dan perwujudan aspirasi masyarakat.


  Kesimpulan     Bahwa kebijakan pendidikan itu berasal dari rakyat dan untuk rakyat, maka dari itu peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan itu sangatlah penting. Tetapi melihat hal tersebut tidaklah mudah membuat masyarakat ikut seta dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan, kendala tersebut bisa berasal dari pemerintah seperti lemahnya komitmen pengambil keputusan didaerah untuk melibatkan masyarakat, lemahnya SDM, lemahnya dukungan anggaran, dan dari masyarakat berupa kurang keterbukaan dari masyarakat, apatisme dan Tidak adanya trust masyarakat kepada pemerintah. Sedangkan upaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut bisa seperti menawarkan sanksi dan hadiah untuk partisipasi masyarakat yang aktif, memberikan penyuluhan tentang manfaat peran masyarakat tersebut, menggunakan tokoh dalam masyarakat sebagai penggerak yang lain, menjelaskan manfaatnya dan menghargai setiap aspirasi dari masyarakat.

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

Selanjutnya kali ini coba saya paparkan peran seorang Guru dalam pendidikan.
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Peranan Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
  • Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
  • Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
  • Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
  • Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.  Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
16. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
18. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN

       Pada ulasan didepan yang berjudul "Faktor utama dalam pelaksanaan Pendidikan"  salah satunya yaitu orang tua, karena orang tua yang paling pertama untuk mendidik ana-anaknya.
Secara kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya di rumah. Prediket orang tua sebagai pendidik di rumah datang secara otomatis setelah pasangan suami istri dikaruniai anak.
Yang disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Pendidik dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya, baik berupa potensi afektif (rasa), kognitif (rasa), dan psikomotor (karsa).
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Orang tua, dalam perspektif ini merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu yang mandiri nantinya.
Orang tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya dirumah, dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai orang dewasa pertama yang memikul tanggungjawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri yang ingin mengetahuinya.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan dalam lingkungan keluarga inilah yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan formal/sekolah.
Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, SWT. Orang tua dalam pandangan ini adalah ibu dan bapak yang masing-masing mempunyai tanggungjawab yang sama dalam pendidikan anak.
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1.      Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka.
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola bagi mereka.
2.      Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memgang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang  Artinya: Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepada pengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimana sabda beliau yang
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.
3.      Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
a)      Orang tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan: terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah, dan sejenisnya.
b)      Orang tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih dan sayang.
c)      Kekuasaan yang dimiliki orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
Pada pendapat Abdullah Ulwan, bentuk tanggungjawab utama orang tua dan pendidikan anak ialah pendidikan jasmani dalam bentuk pemberian nafkah. Yang dimaksud nafkah dalam hal ini adalah penyediaan pangan, sandang, dan papan yang baik, agar jasmani anak tumbuh sehat dan kuat.
Lain halnya dengan pendapat Zakiah Dradjat, bentuk tanggungjawab pendidikan Islam yang menjadi beban dan menjadi tanggung jawab orang tua, menurut
Zakiah Dradjat dkk sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:
1.      Memelihara dan membesarkan anak adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup_dalam hal ini manusia memerlukan pendidikan_
2.      Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan _hal-hal yang tidak sesuai aturan syari’at_ dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.
3.      Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang ingin dicapainya.
4.      Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.
Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan tanggung jawab dari orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama adalah :
1)      Bertanggungjawab atas moral.
2)      Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.
3)      Tanggung jawab kemasyarakatan.
4)      Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan, menyekolahkan, dll.

Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak tidak hanya dalam bentuk pendidikan jasmani seperti yang d ikemukakan Ulwan saja, tetapi juga dalam bentuk rohani seperti yang yang dirinci oleh Zakiah Dradjat. Pendapat Ulwan dalam bukunya, Tarbiyah al-Auladfial al-Islam ( Pendidikan Anak dalam Islam ), ia merinci dengan menekankan orang tua untuk memberikan pendidikan anak sebagai berikut:
1.      Pendidikan keimanan, antara lain dengan menanamkan tauhid kepada Allah dan kecintaan kepada Rosulullah, SAW, mengajari hokum halal dan haram, membiasakan beribadah sejak usia tujuh tahun dan mendorong untuk suka membaca Al- Qur’an
2.      Pendidikan Akhlak, dengfan menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercela
3.      Pendidikan jasmani, memperhatikan kondisi gizi anak, berolahraga, dan mengajarinya cara hidup sehat
4.      Pendidikan intelektual, mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak dan memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu seluas dan setinggi mungkin.
5.      Pendidikan psikhis, menghilangkan gejala-gejala penakut, rendah diri, malu-malu, dandengki, serta bersikap adil terhadap anak.
6.      Pendidikan social, antara lain dengan menanamkan penghargaan dan etika ( sopan santun ) terhadap orang lain, orang tua, tetangga, guru, dan teman, serta membiasakan menjenguk teman yang sakit dan mengucapkan selamat dalam kesempatan hari-hari besar Islam.
7.      Pendidikan seksual, antara lain dengan membiasakan anak agar selalu meminta izin ketika memasuki kamar orang tua dan menghindarkannya dari hal-hal yang pornografis, serta memberikan pendidikan yang mengarahkan supaya anak tidak menempatkan perilaku seknya pada tempat yang tidak sesuai.
Implikasinya, pendidikan yang diberikan anak bukan hanya sekedar bersifat keilmuan teoritis saja, akan tetapi lebih bersifat normative aplikatif. Meskipun dalam penanaman pendidikan dasar, justru pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak itu berdampak besar bagi perkembangan anak pada jenjang berikutnya. Karena seperti yang telah di jelaskan dalam sebuah hadits Nabi sebagai berikut :
“Sesungguhnya setiap anak pada dasarnya terlahir dalam keadaan fithroh ( suci ), dan yang menjadikannya seorang yahudi, atau kafir majusi, atau nasrani adalah tergantung dari orang tuanya” ( al- Hadits )
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa setiap anak mempunyai potensi_fitrah_ dan fitrah itu bisa dikembangkan oleh orang tua dengan memberikan pendidikan yang telah penulis paparkan diatas. Dalam literature lain dijelaskan oleh pakar psikolog dalam teorinya _convergensi_ yang menyatakan bahwa anak terlahir laksana kertas putih, dan dalam perkembangannya yang menentukan adalah dari pihak orang tua atau lingkungan.

Orang tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin anaknya lebih-lebih seorang bapak sebagai pkepala rumah tangga. Orang tua dalam memanage pendidikan bagi anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah etika (kode etik) yang yang harus dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.
Adapun beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua sebagi pendidik menurut Al-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.      Bersikap penyantun dan penyayang ( QS. Ali Imran: 159 )
2.      Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak
3.      Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm: 32 )
4.      Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat ( QS. Al-Hijr: 88 )
5.      Menghindarkan dari aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
6.      Meningalkan sifat marah dalam menghadapi problem anaknya
7.      Mencegah dan mengontrol anak dalam mempelajari ilmu yang membahayakan ( QS. Al-Baqarah: 195 )
8.      Mencegah anak dalam mempelajari ilmu fardlu kifayah ( kewajiban kolektif, seperti mempelajari ilmu kedokteran, psikologi,dan sebagainya ) sebelum mempelajari ilmu fardlu ‘ain ( kewajiban individual, seperti akidah, syari’ah, dan akhlak)
  


Kesimpulan
Pendidikan dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan pribadi muslim, untuk itu penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak, sehingga sudah seharusnya lembaga Pendidikan memperhatikan masalah ini dengan penuh perhatian
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
  1. Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak.
  2. Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian dan Sosial
3.      Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
a)      Orang tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan: terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah, dan sejenisnya.
b)      Orang tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih dan sayang.
c)      Kekuasaan yang dimiliki orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Dradjat, Zakiah dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Ekosusilo, Madyo, dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Efhar Publishing
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Sujana, Djuju 1996, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryosubrata. 1983. Beberapa Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta: Bina Aksara
Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya

FAKTOR UTAMA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN

Assalamu'alaikum

Selamat Sore saudara-saudaraku, kali ini saya coba sajikan referensi materi kuliah untuk besok.

“Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.” Fakta tersebut saya kutip dari survei Political  and Economic Risk Consultant (PERC) tahun 2009. Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan sejak anak lahir yang meliputi pembentukan . Karena merupakan sebuah proses, melibatkan tiga unsur pelaksana pendidikan yang utama, yakni orang tua, guru, dan masyarakat

Orang tua merupakan unsur pertama pelaksana pendidikan yang menjadi faktor penentu  keberhasilan pendidikan . Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Allah berfirman: “Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” [An-Nisa: 58].

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab penuh dari kedua orangtua, bukan yang lain. Tanggung jawab bukan sebatas memilihkan sekolah atau membiaya sekolah dan segala keperluanya. Lebih dari itu, tanggung jawab orangtua diwujudkan dalam keterlibatan langsung orangtua dalam pendidikan (kehidupan) anak-anaknya. Ketika orangtua terlibat langsung dalam kehidupan dan pendidikan anak-anaknya, maka mereka akan memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-anak.

Kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak tentu saja akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga, apabila orangtua memberikan perhatiannya kepada anak. Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya, hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anakakan berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Tidak jarang anak terjerumus ke hal-hal negatif dengan alasan orangtua kurang memberikan perhatian kpada anak. Dari fenomena ini, kita dapat melihat bahwa peran orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Perhatian dan kedekatan orangtua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orangtua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orangtua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak. Kedekatan antara orangtua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orangtua dan anak.


Unsur pelaksana pendidikan yang kedua adalah guru di sekolah. Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis

menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar kelas.

Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting.

Unsur pelaksana pendidikan yang ketiga adalah masyarakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam menyukseskan pendidikan anak di Indonesia. Beberapa peran masyarakat di antaranya adalah untuk dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga. Masyarakat juga dapat berperan sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu. Selain itu, Masyarakat juga dapat berperan sebagai pengambil keputusan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam pengembangan sekolah.

Ketiga unsur pelaksana yang telah dijelaskan di atas kemudian dituangkan penulis ke dalam segitiga unsur pelaksana pendidikan bagi anak.



Anak pada gambar di atas diletakkan di puncak segitiga dimaksudkan agar anak menjadi pusat perhatian dari orang tua, masyarakat, dan guru. Orang tua sebagai pendamping utama anak dalam menjalani proses pendidikan diharapkan dapat mencurahkan perhatian seutuhnya pada anak mereka dengan segala kegiatan yang membangun kepribadian anak secara islami. Untuk mengembangkan kepribadian Islam, paling tidak ada tiga langkah yang harus dutempuh sebagaimana dicontohkan Rasulullah, yaitu menanamkan akidah Islam kepada anak, menanamkan sikap konsisten dan istiqomah agar cara berpikir sesuai dengan akidah, mengembangkan kepribadian Islam yang terbentuk pada anak dengan tsafaqah islamiyah. Guru sebagai ‘penjaga’ anak di sekolah dapat mencurahkan perhatian secara maksimal pada anak dengan teknik khusus salam mendekati anak dengan kepribadian yang berbeda. Masyarakat sebagai pendukung proses pendidikan anak dapat membantu mengawasi kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolah.

Diharapkan dengan adanya kerjasama antara guru, orang tua, dan masyarakat, proses pendidikan anak akan berjalan lancar.

Demikian mudah-mudahan bermanfa'at, untuk materi kuliah kita.

DASAR-DASAR PENDIDIKAN

Makalah Pengantar Pendidikan



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
            Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar . Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fatullah,SPd,MM selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Pendidikan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah yang membahas tentang Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan.
            Saya  menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya  untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
                                 
                                                Cilegon,2 Desember 2014
                                        
                                                Penulis,



BAB 1
PENDAHULUAN
 
    A.Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah media dalam mendidik dan mengembangkan peotensi-potensi kemanusiaan yang primordial. Pendidikan sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban yang lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan manusia, lingkungan, dan sang pencipta. Pendidikan adalah sebuah ranah yang didalamnya melibatkan dialektika interpersonal dalam mengisi ruang-ruang kehidupan; sebuah ranah yang menjadi pelita bagi perjalanan umat manusia, masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Pendidikan dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pendidikan kearahtujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan islam, ia tidak berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik.

   B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana dasar-dasar pelaksanaan pendidikan?
2.      Bagaimana pengelompokan anak didik untuk keperuan pendidikan?
3.      Bagaimana pengelompokan anak didik untuk keperluan penyelenggaran pembelajaran?

   C.    Manfaat Penulisan Makalah
1.      Bagi para pembaca maupun penulis, makalah ini dapat sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan.
2.      Mengetahui dasar-dasar pelaksanaan pendidikan

 


BAB II
PEMBAHASAN

A.          Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan dilihat dari 3 aspek, yaitu :
1.   Aspek Biologis
Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak ada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Anak memiliki sifat sifat genetik yang merupakan kombinasi kedua orang tuanya. Setelah berhubungan dengan masyarakat menjadilah orang/anak yang menginternalisasi nilai-nilai dalam masyarakat.
a.       Faktor Hereditas
Faktor hereditas merupakan faktor yang muncul pada tiap orang yang didapat (diwarisi) dari orang tua dalam wujud sifat-sifat genetis. Faktor hereditas pada perkembangan anak bersifat alami (dari orang tua).
Contohnya : bakat, prestasi, intelektual, ciri fisik, dll.
b.      Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan alam sosial yang mempengaruhi individu).
Contohnya : pada faktor lingkungan proses perkembangan didasarkan pada lingkungan sebagai alat yang digunakan untuk mengarahkan perkembangan. Peran kedua faktor tersebut berbeda-beda pada tiap contoh kasus yang berbeda pula.
Hal tersebut telah disebutkan Seifert dan Hoffnung (1991) pada perkembangan dan belajar peserta didik, sejak awal tahun 1980an ada kecenderungan para ahli untuk lebih menerima pentingnya pengaruh genetika (hereditas) terhadap perbedaan individu yang terjadi dalam perkembangan. Namun data yang sama dari penelitian-penelitian genetik yang dilakukan, memberikan bukti yag mendukung pentingnya pengaruh lingkungan. Hal ini sebabkan karena perilaku-perilaku kompleks yang menjadi kepedulian para peneliti memang dipengaruhi baik oleh faktor keturunan maupun oleh faktor lingkungan.
Perkembangan fisik anak terus berlangsung pada masa usia sekolah. Begitu pula perkembangan perseptual anak terus mengalami penajaman dan penghalusan. Perkembangan biologis dan perseptual anak memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya, permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainya. Dengan demikian pendidik harus benar-benar memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak. Pemahaman kita tentang karakteristik perkembangan fisik anak serta faktor yang mempengaruhinya membawa implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Implikasi tersebut khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, penjaskes serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan perilaku sehat.
2.       Aspek  Sosiologis
Merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Ruang lingkupnya meliputi empat bidang, yaitu :
a. Hubungan sistem pendidikan dan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
- Fungsi pendidikan dalam kebudayaan        
- Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
- Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan   perubahan kebudayaan
- Hubungan pendidikan dengan kelas sosial/ sistem status
- Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat
     b. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :
            - Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
- Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah
                 c. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari :
- Peranan sosial guru
- Sifat kepribadian guru
- Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
- Fungsi sekolah dalam sosialiasasi anak-anak
d. Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah   dengan kelompok sosial lainnya, yang meliputi:
- Analisa tentang proses pendidikan
- Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikan
- Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah
            3.  Aspek Psikologis
     Kajian psikologis yang erat kaitannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir dan belajar.
Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan umum (intelegensi) dan kecerdasan dalam bidang lain (bakat).
     Jean Piaget berpendapat bahwa kecerdasan merupakan internalisasi pengalaman, maksudnya pembentukan kecerdasan dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan, kesempatan, dan iklim emosi yang memungkinkan individu untuk memperoleh pengalaman tertentu.

     Ada dua komponen mendasar yang membedakan individu secara    psikologis dalam dunia ilmu pendidikan, yaitu
·         Minat
Minat sangat berkaitan dengan masalah bahan ajar, alat ajar, situasi, kondisi, serta guru.
·         Kemandirian
Kemandirian seseorang bergantu pada upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada bantuan orang lain, menumbuhkan keberanian, dan rasa percaya diri.
 


B.    Pengelompokan Anak Didik untuk Keperluan Pendidikan
Pengelompokan adalah penyatuan beberapa individu yang memiliki kesamaan karakter dan sifat untuk tujuan tertentu. Dikatakan untuk tujuan tertentu karena perilaku individu tidak selalu memiliki tingkat kesamaan fungsi dan arah walaupun memiliki karakter yang sama atau hampir sama. Jadi kesamaan yang dimaksud dikelompokkan berdasarkan kedekatan, tujuan, minat, dan bakatnya.
·           Pendekatan ini lebih dikenal dengan teori kedekatan (teori propinquity). Teori ini menyatakan bahwa kedekatan individu dengan individu lain karena ada kedekatan ruang, jarak, dan daerah (spatial and geografhical proximity).
·           George Homans mengatakan bahwa terjadinya kelompok akibat interaksi dan sentimen (perasaan dan emosi).
·           Theodore Newcomb mengungkap pembentukan kelompok berdasarkan teori keseimbangan yang menjelaskan bahwa individu tertarik individu lain atas kesamaan nilai dan sikap terhadap suatu tujuan yang relevan bagi mereka seperti agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, dan otoritas.
·           Teori pertukaran (exchange theory) mengatakan pembentukan kelompok atas dasar motivasi dan fungsi. Dan ada juga teori kelompok yang didasari oleh alasan praktis. Artinya kelompok terbentuk berdasarkan profesi, keamanan, dan sosial.
·           Menurut Reitz, kelompok tersebut dapat diidentifikasiberdasarkan karakternya, yaitu:
       1. adanya dua atau lebih individu
                   2. berinteraksi satu dengan yang lain
                   3. saling membagi beberapa tujuan yang sama
                   4. melihat individu sebagai kelompok
Walaupun banyak penggolongan kelompok berdasarkan teori, namun pada dasarnya kelompok dibedakan atas:
1. Kelompok primer, yaitu kelompok yang dibangun dengan keakraban, kerja  sama, tatap muka interpersonal, persamaan beberapa pengertian, dan cita-cita individu.
2. Kelompok formal, adalah kelompok yang sengaja dibentuk dalam menjalankan tugas tertentu.
3. Kelompok nonformal, adalah kelompok yang berinteraksi terhadap daya tarik dan kebutuhan individu.
4. Kelompok terbuka, adalah kelompok yang memiliki daya tanggap terhadap perubahan dan pembaruan.
5. Kelompok tertutup, adalah kelompok yang kolot atau mapan dengan mempertahankan tradisinya.

Dalam dunia pendidikan pengelompokan berdasarkan kelompok general dan spesifik. Dan pengelompokan dalam pendidikan harus bersifat formal/nonformal, terbuka, dan referensi. Hal ini dikarenakan kehidupan itu komplek.
Kehidupan itu memiliki brebagai sektor kehidupan. setiap individu memiliki kemampuan, minat, dan bakat yang dapat dikelompokkan guna menunjang efektifitas pendidikan. setiap individu memiliki tingkat kemampuan intelektual, dan kognitif yang dapat dikelompokkan terutama bidang pengetahuan umum sehingga proses pendidikan dapat lebih efisien.
Keterampilan bersifat spesifik dan terpisah, sehingga akan terbentuk kelompok elit sesuai dengan dejis keterampilannya. program pendidikan sangat terbatas kemampuannya untuk melayani setiap kebutuhan individu.


C.    Pengelompokan Anak Didik untuk Keperluan Penyelenggaraan Pembelajaran
Ada pertimbangan dalam pengelompokan anak didik untuk keperluan penyelenggaraan pengajaran berdasarkan teori perbedaan perilaku individu yang dikembangkan oleh Spearman, Guilford, dan Thurnstone. Individu dikelompokkan berdasarkan: Kesebayaan usia.
Tujuannya untuk menghindari konflik terhadap perbedaan pertumbuhan psikomotorik, psikologis, dan kognitif. Kesamaan ilmu dasar yang diminati, untuk menghindari konflik antar disiplin ilmu yang diminati oleh individu.
·         Kesamaan keterampilan praktis, untuk mengarahkan pada keterampilan yang diinginkan.
·         Kesamaan keterampilan psikomotorik, untuk individu yang lebih mengandalkan keterampilan gerak dan reflek tubuh.
·         Kesamaan profesi, sehingga akan memperkuat individu dalam mendalami profesi yang dipilihnya.
·         Kesamaan cacat fisik, (baik cacat mental, maupun cacat fisik) untuk memberi peluang agar mereka tidak terhambat dalam memperoleh pendidikan.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia,dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu, apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan,pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilasanakan secermat mungkin dengan memperhatikan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan.

B.   Saran
Melalui adanya pendidikan, anak akan dibekali dengan penalaran, keterampilan, dan sikap makarya, sehingga anak mampu berkembang dengan lebih baik. kami berharap pemerintah memberikan sarana dan prasara pendidikan yang lebih baik, agar anak dari usia dini terbekali dengan pendidikan yang layak untuk mereka di hari esok





DAFTAR PUSTAKA